ANTIBIOTIK
·
Antibiotik adalah zat
kimia dari mikroorganisme hidup (jamur & bakteri tanah) →
Bakteriostatik, Baktericid, virucid
PRINSIP KERJA ANTIBIOTIK
·
Antimetabolit yaitu menghambat spesifik
metabolisme obat
·
menghambat
sintesis dinding sel
·
Menghambat
fungsi dinding sel
·
Menghambat
sintesis protein
·
Menghambat
asam nukleat
PENGGUNAAN
ANTIBOTIK
·
Untuk infeksi mikroorganisme yang cocok dengan
antibiotik
·
Untuk terapi pencegahan. Misalnya setelah cabut
gigi,operasi pembedahan-pembedahan lain
LAMANYA TERAPI
·
Karena kebanyakan antibiotik bersifat
bakteriostatik, maka sebaiknya pemberrian antibiotik diteruskan sampai 48 jam setelah hilangnya
demam.
BAHAYA UMUM DARI ANTIBIOTIK
·
Alergi
·
Resistensi
·
Suprainfeksi
PENGGUNAAN
KOMBINASI
a. Untuk
pengobatan penyakit infeksi campuran
b. Menghambat/menghindari
terjadi resisten
c. Mengurangi
toksistas dari masing-masing obat
d. Memperoleh
kegiatan yang lebih luas
REAKSI-REAKSI
NEGATIF AKIBAT PEMBERIAN ANTIBIOTIK
·
( reaksi toksik apabila pemakaian berlebihan ) Pemakaian
antibiotik pada orang normal dapat menimbulkan :
a. HEPATOTOKSIK
Akibat pemberian Tetracycline
iv lebih dari 2 gram sehari. Efek ini peka terhadap ibu hamil
b. Kerusakan
n. VIII yaitu berupa gangguan fungsi keseimbangan dan pendengaran, biasanya
sebagai akibat dari pemberian STREPTOMYCIN sebanyak 3 – 4 gram sehari.
c. Effect
epileptogenic
Apabila
penicilin bersama-sama streptomycin diberikan ke ruang subarachnoid dalam
konsentrasi tinggi
d. Hambatan
koagulansia akibat pemberian Tetracycline
e. Perubahan
bentuk email gigi
( menjadi lebih kecil )
dan perubahan warna email menjadi kuning. Efek ini akan makin kelihatan
apabila diberikan pada anak umur 2 bulan – 2 tahun atau pada ibu hamil 3 -6
bulan sebelum bersalin
f. Neuritis
nervus opticus
penglihatan
kabur dan paraestesi jari-jari. Ini
disebabkan oleh pemberian Chloramphenicol dan Streptomycin 1 -2 gram
sehari selama 25 hari.
g. Efek
Toksik Chloramphenicol
Anemia
aplastica karena adanya hambatan erytropoetik
dari sumsum tulang ( terutama pemberian dalam bentuk injeksi )
h. Grisofulvin
sering
menghambat ketangkasan seseorang karena efek neurologik dan kelainan mental
PROSES
PERAWATAN PADA PASIEN DALAM TERAPI ANTI BAKTERI :
1.
PENGKAJIAN
a. Kaji riwayat penggunaan antibiotika (
jenis,lama,indikasi,efek )
b. Kaji adanya
riwayat alergi ( reaksi,shok, jenis obat )
c. Kaji
jumlah urine dalam 24 jam ( minimal 600 cc/hari ) terutama pada pasien yang mendapat terapi
kelompok obat aminoglikosida
2. PERENCANAAN
a. 5 BENAR
: INDIKASI, PASIEN, OBAT, DOSIS, CARA
PEMBERIAN
b. SOLUSI TEPAT
c. EFEK
OPTIMAL
3. INTERVENSI
penyuluhan :
a. diarahkan
pada dosis habis
b. Penjelasan
akibat (eso, resistensi, alergi)
c. Penjelasan
tanda alergi dan pengatasannya
1.
PENGGUNAAN PENICILIN :
·
1 jam sebelum makan / 2 jam sesudah makan.
·
Awasi terjadinya pendarahan karena menggunakan
pembentukan platelet.
·
Awasi terjadinya shock anaphilatic, harus selalu
tersedia ADRENALIN
2. PENGGUNAAN
KELOMPOK MAKROLIT
·
kaji adanya gangguan hati
·
kalau perlu
periksa fungsi hati terutama SGOT dan SGPT
3. PENGGUNAAN KELOMPOK MINOGLIKOSIDA
·
Observasi terjadinya ototoksis ( gangguan pendengaran
dan keseimbangan )
·
Observasi
terjadinya nefrotoksis melalui pemeriksaan LAB : creatinin, BUN, awasi jumlah urine.
4. PENGGUNAAN
SEFALOSPORIN
·
Bersifat iritatif maka hati dalam penggunaan IV harus
lambat 30 – 45 menit.
·
Sefalosporin dapat mengacaukan urine reduksi menjadi
posistif palsu, sehingga dikira penderita DM.
·
Untuk mencegah suprainfeksi dianjurkan minum
yogurt untuk mempersubur pertumbuhan flora usus.
5. TERTRACYCLINE
·
Selama terapi perlu dipantau fungsi hati dan
ginjal melalui pemeriksaan lab
·
Selama terapi hindari pemakaian susu dan antasida
·
Diberikan sesudah makan karena iritasi lambung
·
Menimbulkan sun block foto sensitivitas maka
dianjurkan menggunakan krim pelindung wajah
·
Hindari penggunaan pada wanita hamil karena
potensial hepotoxis, hambat koagulansia karena mengikat calcium. Dicurigaai
teratogenik
·
Pastikan obat tidak kadaluarsa, bebas dari sinar
matahari karena kerusakan akan lebih toksik
6.
PENGGUNAAN KLORAMPHENICOL
·
Pantau terjadinya suprainfeksi
·
Pantau aktivitas hemopoetik dengan periksa hemoglobin
dan leukosit secara periodik
·
Segera dihentikan bila sudah ada tanda depresi sumsum
tulang ( leukosit : 4000/mm3 )
·
Pantau hipersensitivitas berupa : demam,
perdarahan dibawah kulit, penglihatan kabur, mual dan diare
PSIKOFARMAKA
• Adalah zat
kimia → pasien → Mengoreksi
perilaku → pikiran & perasaan (PATOLOGIS)
DOSIS OBAT
SISTEM
PENGUKURAN DOSIS, ATURAN :
1.
Mengubah gram menjadi miligram ( mengalikan dengan 1000 atau pindahkan koma desimal
tiga angka ke kanan )
2. Mengubah
miligram menjadi gram( membagi dengan 1000 atau pindahkan koma desimal tiga
angka ke kiri )
3. Mengubah
miligram menjadi mikrogram ( Mengalikan dengan 1000 atau pindahkan koma desimal
tiga angka ke kanan)
4. Mengubah
mikrogram menjadi miligram ( membagi
dengan 1000 pindahkan koma desimal tiga
angka ke kiri )
HIPERTENSI
ISTILAH
Angina :
Nyeri dada
TEKANAN DARAH NORMAL :
·
Sistolik 120 mmHg
·
Diastolik 80 mmHg
KEADAAN BILA HIPERTENSI :
·
Tekanan darah
sistolik : 180 mmHg
dan
·
Tekanan darah
diastolik : 90 mmHg
TEKANAN
DARAH DIASTOLIK
·
Tekanan darah terendah terhadap pembuluh darah
arteri sewaktu jantung istirahat diantara dua denyut jantung
TEKANAN
DARAH SISTOLIK
·
Tekanan darah tertinggi terhadap dinding arteri
sewaktu jantung berkontraksi
PATHOFISIOLOGY
HIPERTENSI
Arteriosklerosis → Gangguan
struktur anatomi pada pembuluh darah
arteri karena adanya phlage yang menempel
pada arteri dan makin lama
mengakibatkan pembuluh darah semakin menyempit
sehingga sirkulasi darah tidak
lancar, kerja jantung untuk memompa semakin meningkat akibatnya tekanan darah
meningkat
KLASIFIKASI
HIPERTENSI
Klasifikasi
TD
|
TD sistolik, mm Hg
|
TD Diastolik, mmg Hg
|
Normal
|
< 120
|
dan < 80
|
Prehipertensi
|
120 –
139 atau
|
80 - 90
|
Hipertensi
stage 1
|
140 –
159 atau
|
90 - 99
|
Hiperensi
stage 2
|
>
160 atau
|
> 100
|
KOMPLIKASI HIPERTENSI
1.
Rusaknya organ :
a.
Jantung
b.
Mata
c.
Ginjal
d.
Otak dan pembuluh darah
2.
Risiko utama untuk penyakit :
a.
Serebrovaskuler ; stroke, iskemia
b.
b. Arteri koroner : infark miokard, angina
c. gagal
ginjal
d. dementia
e. atrial
fibrilasi
Krisis hipertensi = hipertensi emergensi
·
TD
meningkat ekstrim > 180/120
mmHg
·
Kerusakan organ target
akut dan bersifat progresif →
segera tekanan darah menurun (menit)
Hipertensi Urgensi :
·
TD tinggi
·
Tidak disertai kerusakan
organ target yang progresif
·
TD diturunkan ( beberapa jam s/d beberapa hari )
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Tujuan
terapi /pengobatan hipertensi :
1.
Penurunan mortalitas
2. Penurunan
Morbiditas
3. Mengurangi
risiko
Target
nilai TD yang direkmendasikan
1.
kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
2. Pasien
dengan diabetes < 130/80 mmHg
3.
Pasien dengan ginjal
kronis < 130/80 mmHg
ADA 2 CARA PENATALAKSAAAN HIPERTENSI
1.
Terapi Non farmakologi ( Non
Obat )
Perubahan gaya hidup :
·
Menurunkan
berat badan
·
Pembatasan konsumsi garam
dapur
·
Aktifitas fisik :
olahraga teratur
·
Kurangi alkohol
·
Berhenti merokok
2.
Terapi farmakologi
a. Diuretik
·
obat
hipertensi
·
cara kerja : bekerja pada ginjal untuk mengeluarkan kelebihan garam dari darah.
1.
meningkatkan aliran urin
2.
keinginan untuk
urinasi
3. jumlah air
dalam tubuh menurun
4. membantu menurunkan TD
b. b.Angiotensin Converting Enzym (ACE ) Inhibitor
·
Obat hipertensi
·
Cara kerjanya : mencegah tubuh membuat hormone angiotensin II → Mengapa
dicegah? Karena hormon angiotensin II
menyebabkan pembuluh darah menyempit shg menyebabkan tekanan darah meningkat.
c.
Beta bloker ( penyekat
beta ) merupakan obat yang digunakan :
1.
hipertensi
2. nyeri dada
3.
detak jantung tidak teratur
4.
mencegah serangan
jantung sebelumnya
Cara kerja :
·
Memblok efek adrenalin
pada berbagai bagian tubuh
·
Bekerja pada jantung utk
meringankan stres shg jtg memerlukan sedikit darah dan oksigen, kerja jtg
TD
d.
Calcium channel Blocdker
= antagonis kalsium
·
Obat Penurun TD
Cara kerja :
·
memperlambat pergerakan
kalsium ke dalam sel jantung dan dinding arteri
·
Shg arteri menjadi
rilex dan menurunkan tekanan dan aliran darah ke jantung
e.
Kalium :
·
suatu elektrolit yg
digunakan untuk membuat energi untuk
semua otot, termasuk otot jantung
f.
Penyekat Reseptor Angiotensin II
a.
Cara kerja
1.
Menghambat angiotension
II
2.
Mengurangi berlanjutnya
kerusakan organ target jangka panjang pada pasien hipertensi
b.
Waktu paruh cukup panjang
: pemberian 1 x/hari
c.
ESO :
·
Infusiensi ginjal
·
Hiperkalemia
·
Hipotensi orthostatik
d. Kontraindikasi
: perempuan hamil
HIPERTENSI
EMERGENSI
Meningkatkan TD yg dapat
mengarah kepada kerusakan organ :
1.
otak
2. serangan
jantung
3. pendarahan
ke otak
4. eklampsia
5. pendarahan
arteri
Faktor-faktor yang
mempengaruhi hipertensi
·
Kurang Olah
Raga.
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Paffenbarger tahun
1988 dikutip oleh Darmojo (2001) mengemukakan bahwa di Amerika insiden rate
Hipertensi adalah 20 - 40% lebih rendah pada mereka yang melakukan aktivitas
olah raga sedikitnya 5 jam per minggu dibandingkan mereka yang kurang aktif olahraga
·
Stres Psikososial.
Stres bersifat fisik maupun mental yang menyebabkan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari rnengakibatkan
jantung berdenyut lebih kuat dan cepat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah akibat fungsi kelenjar tiroid terganggu dan produksi adrenalin meningk.at sehingga otak rnernerlukan darah yang lebih banyak (Bodistio, M, 2001).
jantung berdenyut lebih kuat dan cepat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah akibat fungsi kelenjar tiroid terganggu dan produksi adrenalin meningk.at sehingga otak rnernerlukan darah yang lebih banyak (Bodistio, M, 2001).
Konsumsi
Rokok.
Rokok
menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan juga menyebabkan
pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar nikotin,
akibatnya viskositas darah meningkat sehingga timbul Hipertensi (Dekker, E,
1996).
·
Konsumsi Garam yang Tinggi.
Menurut
Budistio, M (2001) asupan Natrium yang tinggi menyebabkan tubuh meretensi
cairan yang dapat meningkatkan volume darah dan juga dapat mengecilkan diameter
dalam arteri sehingga jantung harus mampu memompakan darah lebih keras pada ruang
yang sempit, akibatnya akan terjadi Hipertensi.
Kegemukan
(Obesitas).
Obesitas
adalah meningkatnya massa
tubuh karena jaringan lemak yang berlebihan sehingga meningkatkan kebutuhan
metabolic dan konsumsi oksigen secara menyeluruh, akibatnya curah jantung
bertambah. Menurut Subagio, dkk. (1997) di
Semarang mendapatkan bahwa perempuan yang sangat gemuk pada umur 30 tahun
mempunyai risiko terkena penyakit Hipertensi 7 kali lebih besar dari perempuan yang langsing pada umur yang sama (Budistio, M, 2001).
Jenis
kelamin : wanita > lelaki
Umur : TD meningkat sesuai umur
Geografis : Pantai > pegunungan
Diabetes Mellitus
Urban : Kota > desa
INDIKASI
KHUSUS
1.
Gagal jantung : akibat dari hipertensi sistolik dan
jantung iskemik
·
Obat pilihan utama : ACEI mulai dengan dosis rendah
·
Obat alternatif : ARB
2. Pasca
Infark Miokard
Obat :
·
penyekat beta : menurunkan resiko infark miokard
berikutnya atau kematian jantung tiba-tiba
·
ACE Inhibitor : memperbaiki fungsi jantung dan
menurunkan kejadian kardiovaskular setelah infark miokard
3.
Penyakit jantung Iskemik
·
Kerusakan organ target
karena hipertensi
·
Obat :
·
Terapi lini pertama penyekat beta
·
Terapi alternatif antagonis kalsium
·
Hindari : terapi dengan
CCB dihidropiridin atau dan penyekat beta dengan aktifitas simpatomimetik intrinsik
menyebabkan stimulasi jantung
Penyakit
Ginjal Kronis
Obat : Obat lini pertama : ACEI atau ARB
Penyakit
Serebrovaskuler
Kombinasi ACE Inhibitor dan diuretik thiazide
HIPERTENSI
PADA POPULASI KHUSUS
1.
Left Ventricular Hypertrophy
adalah faktor resiko independen yg meningkatkan resiko untuk penyakit kardiovaskular
selanjutnya
cara Pengurangan
resiko :
·
Pengecekan TD yang
agresif
·
Mengurangi berat badan
·
Membatasi garam
·
Terapi farmakologi :
semua kelas obat hipertensi kecuali vasodilator langsung mis ; minoxidil dan
Hidralazin
2.
Penyakit Arteri Perifer
·
Menggunakan semua kelas
obat antihipertensi kecuali penyekat beta
·
Aspirin
3.
Hipertensi lansia
·
Sama seperti terapi
hipertenssi secara umum
·
Dosis awal lebih rendah utk hindari simptom
·
Dosis standar dan beberapa obat diperlukan untuk mencapai
target TD
4.
Passien beresiko
Hipotensi Orthostatik
Hipotensi ortostatik : berkurangnya TD yang bermakna bila
melakukan perubahan posisi
Pasien berisiko Hipotensi Ortostatik :
a.
lansia hipertensi
sistolik
b.
Diabetes
c.
Pasien yang menggunakan
diuretik, venodilator dan beberapa obat psikotropik
·
TD harus dimonitor pd
posisi tegak.
·
Obat dimulai dengan
dosis rendah terutama diuretik dan ACE Inhibitor.
Hipertensi Pada kehamilan
·
hipertensi kronis pada
perempuan hamil Obat pilihan utama : METILDOPA
Obat alternatif :
·
penyekat beta
·
Labetalol
·
Klonidin
·
Antagonis kalsium
·
Kontraindikasi : ACEI
dan ARB berupa teratogenisitas mayor
PERTIMBANGAN LAIN DALAM PEMBERIAN OBAT HIPERTENSI
1.
Efek yang menguntungkan :
·
Diuretik thiazide berguna untuk memperlambat
demineralisasi dan osteoporosis
·
Beta bloker dapat berguna untuk pengobatan
takhiaritmia, migraine, tremor
·
Kalsium antagonis : pengobatan aritmia
·
Alfa blocker : gangguan prostat
2. Efek yang
tidak menguntungkan :
·
Diuretik tipe thiazide :
digunakan hati-hati pada pasien pirai atau hiponatremia
·
Hindari penggunaan beta
blocker pada pasien asma
·
ACEI dan ARB tidak boleh
diberikan pada wanita rencana hamil dan
perempuan hamil
·
ACEI tidak boleh pada
pasien riwayat angioedema
·
Anatagonis aldosteron
dan diuretik penaham kalium dapat menyebabkan hiperkalemia shg jangan diberikan
pada pasien dengan kalium serum > 5.0
mEq/L ( tanpa minum obat apa-apa )
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau
Langerhans kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam
sel dan kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan lemak
sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk
digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel
otot dan hati. Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas,
sedang insulin eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu
produk farmasi
Indikasi terapi dengan insulin :
- Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
- Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
- Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke.
- DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
- Ketoasidosis diabetik.
- Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
- Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
- Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral.
Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1.
Insulin
kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ).
Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral.
Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis
ini diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan
efeknya dapat bertahan samapai 8 jam.
2.
Insulin
kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÒ,
InsulatardÒ. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai
dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
3.
Insulin
kerja panjang
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari
tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 –
36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard
4.
Insulin
infasik (campuran)
Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya:
Mixtard 30 / 40
Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali.
Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali.
Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah,
yaitu :
- Gula darah < 60 mg % = 0 unit
- Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit
- Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
- Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
- Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit
- Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit
Efek
metabolik terapi insulin:
- Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa.
- Supresi produksi glukosa oleh hati.
- Stimulasi utilisasi glukosa perifer.
- Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot.
- Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal.
- Mengurangi glucose toxicity.
- Perbaiki kemampuan sekresi endogen.
- Mengurangi Glicosilated end product.
Cara pemberian insulin :
Insulin
kerja singkat :
·
IV, IM, SC
·
Infus ( AA / Glukosa / elektrolit )
·
Jangan bersama darah ( mengandung enzim merusak
insulin )
Insulin
kerja menengah / panjang :
·
Jangan IV karena bahaya
emboli.
Saat ini juga tersedia insulin campuran (premixed) kerja cepat dan kerja
menengah.
Cara
penyuntikan insulin :
Insulin
umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Pada keadaan khusus
diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip. Insulin dapat
diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja
panjang) tetapi juga dapat diberikan kombinasi insulin kerja cepat dan kerja
menengah, sesuai dengan respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari
hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
Lokasi
penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat
suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit
insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh pasien yang sama. Harus diperhatikan kesesuaian kosentrasi insulin (U40,
U100) dengan semprit yang dipakai. Dianjurkan dipakai konsentrasi
yang tetap.
Penyerapan
paling cepat terjadi di daerah abdomen yang kemudian diikuti oleh daerah lengan,
paha bagian atas bokong. Bila disuntikan secara intramuskular dalam maka
penyerapan akan terjadi lebih cepat dan masa kerja akan lebih singkat. Kegiatan
jasmaniyang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat onset kerja
dan juga mempersingkat masa kerja.
Indikasi
pemberiaan insulin pada pasien DM lanjut usia seperti pada non lanjut usia,
uyaitu adanya kegagalan terapi ADO, ketoasidosis, koma hiperosmolar, adanya
infeksi ( stress ) dll. Dianjurkan memakai insulin kerja menengah yang dicampur
dengan kerja insulin kerja cepat, dapat diberikan satu atau dua kali sehari.
Kesulitan
pemberiaan insulin pada pasien lanjut usia ialah karena pasien tidak mau
menyuntik sendiri karena persoalnnya pada matanya, tremor, atau keadaan fisik
yang terganggu serta adanya demensia. Dalam
keadaan seperti ini tentulah sangat diperlukan bantuan dari keluarganya.
Efek samping penggunaan insulin :
- Hipoglikemia
- Lipoatrofi
- Lipohipertrofi
- Alergi sistemik atau lokal
- Resistensi insulin
- Edema insulin
- Sepsis
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling
berbahaya dan dapat terjadi bila terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan
jasmani dan jumlah insulin. Pada 25-75% pasien yang diberikan insulin
konvensional dapat terjadi Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit
tempat suntikan akibat atrofi jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan oleh
reaksi imun dan lebih sering terjadi pada wanita muda terutama terjadi di
negara yang memakai insulin tidak begitu murni. Lipohipertrofi yaitu
pengumpulan jaringan lemak subkutan di tempat suntikan akibat lipogenik
insulin. Lebih banyak ditemukan di negara yang memakai insulin murni. Regresi terjadi bila insulin tidak lagi disuntikkan di
tempat tersebut.
Reaksi alergi lokal terjadi
10x lebih sering daripada reaksi sistemik terutama pada penggunaan sediaan yang
kurang murni. Reaksi lokal berupa eritem dan indurasi di tempat suntikan yang
terjadi dalam beberpa menit atau jam dan berlagsung.
Selama beberapa hari. Reaksi
ini biasanya terjadi beberapa minggu sesudah pengobatan insulin dimulai.
Inflamasi lokal atau infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik,
penggunaan antiseptiK yang menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan
intrakutan, reaksi ini akan hilang secara spontan. Reaksi umum dapat berupa
urtikaria, erupsi kulit, angioudem, gangguan gastrointestinal, gangguan
pernapasan dan yang sangat jarang ialah hipotensi dan shock yang diakhiri
kematian.
Interaksi
Beberapa hormon melawan efek
hipoglikemia insulin misalnya hormon pertumbuhan, kortikosteroid, glukokortikoid,
tiroid, estrogen, progestin, dan glukagon. Adrenalin menghambat sekresi insulin
dan merangsang glikogenolisis. Peningkatan hormon-hormon ini perlu
diperhitungkan dalam pengobatan insulin.
Guanetidin menurunkan gula
darah dan dosis insulin perlu disesuaikan bila obat ini ditambahkan /
dihilangkan dalam pengobatan. Beberapa antibiotik (misalnya kloramfenikol,
tetrasiklin), salisilat dan fenilbutason meningkatkan kadar insulin dalam
plasma dan mungkin memperlihatkan efek hipoglikemik.
Hipoglikemia cenderung
terjadi pada penderita yang mendapat penghambat adrenoseptor ß, obat ini juga
mengaburkan takikardi akibat hipoglikemia. Potensiasi efek hipoglikemik insulin
terjadi dengan penghambat MAO, steroid anabolik dan fenfluramin.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
merupakan obat penurun kadar glukosa pada darah yang diresepkan oleh dokter
khusus bagi diabetesei.
Obat Penurun Glukosa Darah
bukanlah hormon insulin yang diberikan secara oral. OHO bekerja melalui
beberapa cara untuk menurunkan kadar glukosa darah. Obat-obatan ini dapat
membantu penyandang diabetes melitus untuk menggunakan insulinnya sendiri
dengan lebih baik dan menurunkan pelepasan glukosa oleh hati. Terdapat beberapa
macam OHO untuk mengendalikan glukosa darah penyandang diabetes. Apabila
pembaca ingin mengetahui merk jenis OHO yang digunakan silakan melihat tabel 3
di halaman 3.
Penyandang diabetes sebaiknya
mengetahui dengan lengkap informasi nebgenai OHO yang diminumnya, mulai dari
nama obatnya (nama, denerik, dan merk ), dosis, cara dan waktu meminumnya, cara
kerja dan lama kerja OHO tersebut. Selain itu penyandang diabetes juga perlu
mengetahui gejala terjadinya kadar glukosa darah rendah (hipoglikemia) dan cara
mengatasinya.
Penyandang diabetes perlu
untuk memperhatikan beberapa hal dalam kaitannya dengan OHO yang diresepkan
oleh dokter:
- Jangan mengubah dosis ataupun merk obat tanpa izin dokter
- Mengikuti jadwal pemakaian obat secara tepat tiap hari
- Jangan menambah obat ekstra bila kadar glukosa darah tinggi
- OHO tetap diperlukan walaupun kadar glukosa darah sudah normal
- Dapat terjadi hipoglikemia, penyandang diabetes harus mengetahui cara mengatasinya
- Bila terjadi hipoglikemia, segera bertindak lalu kemudian hubungi dokter. Orang lanjut usia akan lebih mudah mengalami hipoglikemia, terutama bila mereka tidak akan atau bila fungsi hati dan fungsi ginjal teganggu, atau memakai obat lalin yang berinteraksi dengan OHO
- Menyampaikan kepada dokter mengenai obat lain yang diminum selain OHO
Pemilihan OHO
Pemberian OHO atau obat untuk
menurunkan glukosa darah (table3) harus dipertimbangkan bila penyandang
diabetes tidak dapat mencapai kadar glukosa darah yang normal atau mendekati
normal dengan perencanaan makan dan olahraga teratu. Pertanyaannya adalah, obat
manakah yang sesuai untuk penyandang diabetes? Dokter akan menjawab, pertanyaan
tersebut dengan berbagai pertimbangan, termasuk diantaranya, kadar glukosa
darah awal dan kadar glukosa darah yang diinginkan, usia dan berat badan
penyandang diabetes, penyakit penyerta, kemungkinan kontradiksi terhadap
pengobatan, kemampuan penyandang diabetes untuk merawat dirinya sendiri,
tingkat pengetahuan penyandang diabetes akan diabetes, tingkat motivasi
penyandang diabetes dan penerima penyandang diabetes akan obat yang bermacam-macam.
Jenis OHO
OHO saat ini terbagi dalam 2 kelompok:
1.
Obat yang memperbaiki kerja insulin
2. Obat yang
meningkatkan produksi insulin.
Obat-obatan seperti metformin, glitazone, dan
akarbose-adalah obat-obatan kelompok pertama. Mereka bekerja pada hati, otot
dan jaringan lemak, usus. Singkatnya mereka bekerja di tempat dimana terdapat
insulin yang mengatur glukosa darah. Sulfonil, Repaglinid, Nateglinid dan
insulin yang disuntikkan adalah obat-obatan kelompok kedua. Sulfonil,
Repaglinid, Nateglinid meningkatkan penglepasan insulin yang disuntikkan
menambah kadar insulin di sirkuliasi darah. Mekanisme kerja dari obat-obat
tersebut diatas berbeda, oleh karena itu marilah kita coba bahas satu persatu :
Berdasarkan cara kerja, OHO dibagai menjadi 3
golongan :
A. Memicu
produksi insulin
1.
Sulfonilurea
Obat ini telah digunakan dalam menangani hipoglikemia pada
penyandang diabetes melitus tipe 2 selama lebih dari 40 tahun. Mekanisme kerja
obat ini cukup rumit. Ia bekerja terutama pada sel beta pankreas untuk
meningkatkan produksi insulin sebelum maupun setelah makan. Sel beta pankreas merupakan sel yang memproduksi insulin
dalam tubuh.
Sulfonilurea sering digunakan
pada penyandang diabetes yang tidak gemuk di mana kerusakan utama diduga adalah
terganggunya produksi insulin. Penyandang yang tepat untuk diberikan obat ini
adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 yang mengalami kekurangan insulin
tapi masih memiliki sel beta yang dapat berfungsi dengan baik. Penyandang yang
biasanya menunjukkan respon yang baik dengan obat golongan sulfoniurea adalah
usia saat diketahui menyandang diabetes melitus lebih dari 30 tahun,
menyandang diabetes diabetes melitus lebih dari 5 tahun, berat badan normal
atau gemuk, gagal dengan pengobatan melalui pengaturan gaya hidup, perubahan
pengobatan dengan insulin dengan dosis yang relatif kecil.
2. Golongan Glinid
Meglitinide merupakan bagaian
dari kelompok yan gmeningkatkan produksi insulin (selain sulfonilurea). Maka
dari itu ia membutuhkan sel beta yang masih berfungsi baik. Repaglinid dan
Nateglinid termasuk dalam kelompok ini, mempunyai efek kerja cepat,
lama kerja sebentar, dan digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah setelah
makan. Repaglinid diserap secara cepat segera setelah dimakan, mencapai kadar
puncak di dalam darah dalam 1 jam.
B.
Meningkatkan kerja insulin (sensitivitas terhadap insulin)
1.
Biguanid
Metformin adalah satu-satunya biguanid yang tersedia saat ini.
Metformin berguna untuk penyandang diabetes gemuk yang mengalami penurunan
kerja insulin. Alasan penggunaan metformin pada penyandang diabetes gemuk
adalah karena obat ini menurunkan nafsu makan dan menyebabkan penurunan berat
badan.
Sebanyak 25% dari penyandang diabetes yang diberikan metformin
dapt mengalami efek samping pada saluran pencernaan, yaitu rasa tak nyaman di
perut, diare dan rasa seperti logam di lidah. Pemberian obat ini bersama
makanan dan dimulai dengan dosis terkecil dan meningkatkannya secar perlahan
dapat meminimalkan kemungkinan timbulnya efek samping. Obat ini tidak
seharusnya diberikan pada penyandang dengan gagal ginjal, hati, jantung dan
pernafasan.
Metformin dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dalam
kombinasi. Obat-obatan oral mungkin gagal untuk mengontrol gula darah setelah
beberapa saat sebelumnya berhasil (kegagagalan sekunder) akibat kurangnya
kepatuhan penyandang atau fungsi sel beta yang memburuk dan / atau terjadinya
gangguan kerja insulin (resistansi insulin). Pada kasus-kasus ini, terapi
kombinasi metformin dengan sulfonilurea atau penambahan penghamba-glucosidase
biasanya dapat dicoba. Kebanyakan penyandang pada akhirnya membutuhkan insulin.
2.
Tiazolidinedion
Saat ini terdapat 2 tiazolinedion di Indonesia
yaiturosiglitazon dan pioglitazon. Obat golongan ini memperbaiki kadar glukosa
darah dan menurunkan hiperinsulinaemia (tingginya kadar insulin) dengan
meningkatkan kerja insulin (menurunkan resistensi insulin) pada
penyandang diabetes melitus tipe 2. Obat
golongan ini juga menurunkan kadar trigliserida da asam lemak bebas.
Rosiglitazone (Avandia)
Dapat pula digunakan
kombinasi dengan metformin pada penyandang yang gagal mencapai target kontrol
glukosa darah dengan pengaturan makan dan olahraga. Pioglitazone
(Actos), juga diberikan untuk meningkatkan kerja (sensitivitas) insulin.
Efek samping dari obat golongan ini dapt berupa bengkak di
daerah perifer (misalnya kaki), yang disebabkan oleh peningkatkan volume cairan
dalam tubuh. Oleh karena itu maka obat
goolongan ini tidak boleh diberikan pada penyandang dengan gagal jantung berat.
Selain itu, pada penggunaan obat in ipemeriksaan fungsi
hati secara berkala harus dilakukan.
C. Penghambat
enzim alfa glukosidase
Penghambat kerja enzim alfa-glukosidase seperti akarbose,
menghambat penyerepan karbohidrat dengan menghambat enzim disakarida di usus
(enzim ini bertanggung jawab dalam pencernaan karbohidrat). Obat ini terutama
menurunkan kadar glukosa darah setelah makan. Efek sampingnya yaitu kembung,
buang angin dan diare. Supaya lebih efektif
obat ini harus dikonsumsi bersama dengan makanan.
Obat ini sangat efektif sebagai obat tunggal pada
penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan kadar glukosa darah puasanya kurang
dari 200 mg/dL (11.1 mmol/l) dan kadar glukosa darah setelah makin tinggi. Obat
ini tidak mengakibatkan hipoglikemia, dan boleh diberikan baik pada penyandang
diabetes gemuk maupun tidak, serta dapat diberikan bersama dengan sulfonilurea,
metformin atau insulin.
DOSIS PEMBERIAN OHO
Setelah obat tertentu dipilih
untuk penyandang diabetes, biasanya pemberian obat dimulai dari dosis terendah.
Dosis kemudian dinaikkan secara bertahap setiap 1-2 minggu, hingga mencapai
kadar glukosa darah yang memuaskan atau dosis hampir maksimal. Jika dosis
hampir maksimal namun tidak menghasilkan kontrol kadar glukosa darah yang
memadai, maka dipertimbangkan untuk diberikan obat kombinasi atau insulin.
Tidak ada keuntungan menggunakan dua OHO dari golongan yang sama secara
bersamaan
PROSES KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
- Lihat adanya tanda & gejala Hipoglikemik (pusing, lemas)
- Pengecekan di lab
- Pantau BB scra priodik
- Pantau glukosa darah/urin
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
·
Kurangnya pengetahuan b/d program pengobatan maka dilakukan penyuluhan pd
pasien dan keluarganya
·
Ketidak patuhan b/d program pengobatan maka dilakukan penyuluhan pd pasien
dan keluarganya
·
Penyuluhan pada pasien.
-
Intruksikan mengenai
tekhnik pemakaian yg benar
-
Jelaskan pada pasien
bahwa obanya ini hnya mengendalikan hipoglikemik ttp tdk menyembuhkan diabetes
-
Tekankan pentingnya
kepatuhan terhadap diet diabetes dan sistem penganti makanan
-
Anjurkan pasien untuk
berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan alkohol/obat lain bersama obat
insulin
3.
EVALUASI
·
Hipoglikemik atau
hiperglikemik
·
Efektivitas terapi
ditunjukan dg terkendalinya kadar glukosa darah tanpa trjdinya
hipoglikemik/hiperglikeik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar