Rabu, 05 Oktober 2011

Farmacology in Ng

ANTIBIOTIK
·          Antibiotik adalah zat kimia dari mikroorganisme hidup (jamur & bakteri tanah)  Bakteriostatik, Baktericid, virucid

PRINSIP KERJA ANTIBIOTIK
·          Antimetabolit yaitu menghambat spesifik metabolisme obat
·            menghambat sintesis dinding sel
·            Menghambat fungsi dinding sel
·            Menghambat sintesis protein
·           Menghambat asam nukleat

PENGGUNAAN ANTIBOTIK
·          Untuk infeksi mikroorganisme yang cocok dengan antibiotik
·          Untuk terapi pencegahan. Misalnya setelah cabut gigi,operasi pembedahan-pembedahan lain

LAMANYA TERAPI
·          Karena kebanyakan antibiotik bersifat bakteriostatik, maka sebaiknya pemberrian antibiotik  diteruskan sampai 48 jam setelah hilangnya demam.

BAHAYA UMUM DARI ANTIBIOTIK
·          Alergi
·           Resistensi
·           Suprainfeksi

PENGGUNAAN KOMBINASI
a.     Untuk pengobatan penyakit infeksi campuran
b.     Menghambat/menghindari terjadi resisten
c.     Mengurangi toksistas dari masing-masing obat
d.     Memperoleh kegiatan yang lebih luas

REAKSI-REAKSI NEGATIF AKIBAT PEMBERIAN ANTIBIOTIK
·          ( reaksi toksik apabila pemakaian berlebihan ) Pemakaian antibiotik pada orang normal dapat menimbulkan :

a.     HEPATOTOKSIK
Akibat pemberian Tetracycline  iv lebih dari 2 gram sehari. Efek ini peka terhadap ibu hamil

b.     Kerusakan n. VIII yaitu berupa gangguan fungsi keseimbangan dan pendengaran, biasanya sebagai akibat dari pemberian STREPTOMYCIN sebanyak  3 – 4 gram sehari.

c.     Effect epileptogenic
Apabila penicilin bersama-sama streptomycin diberikan ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi tinggi

d.     Hambatan koagulansia akibat pemberian Tetracycline

e.     Perubahan bentuk email  gigi
( menjadi lebih kecil )  dan perubahan warna email menjadi kuning. Efek ini akan makin kelihatan apabila diberikan pada anak umur 2 bulan – 2 tahun atau pada ibu hamil 3 -6 bulan sebelum bersalin

f.     Neuritis nervus opticus
penglihatan kabur dan paraestesi jari-jari. Ini  disebabkan oleh pemberian Chloramphenicol dan Streptomycin 1 -2 gram sehari selama 25 hari.

g.     Efek Toksik Chloramphenicol
Anemia aplastica  karena adanya hambatan erytropoetik dari sumsum tulang ( terutama pemberian dalam bentuk injeksi )

h.     Grisofulvin
sering menghambat ketangkasan seseorang karena efek neurologik dan kelainan mental

PROSES PERAWATAN PADA PASIEN DALAM TERAPI ANTI BAKTERI :
1.       PENGKAJIAN
a.      Kaji riwayat penggunaan antibiotika ( jenis,lama,indikasi,efek ) 
b.     Kaji adanya riwayat alergi ( reaksi,shok, jenis obat )
c.     Kaji jumlah urine dalam 24 jam ( minimal 600 cc/hari )  terutama pada pasien yang mendapat terapi kelompok obat aminoglikosida

2.     PERENCANAAN
a.     5 BENAR :  INDIKASI, PASIEN, OBAT, DOSIS, CARA PEMBERIAN
b.     SOLUSI TEPAT
c.     EFEK OPTIMAL

3.     INTERVENSI
 penyuluhan :
a.     diarahkan pada dosis habis
b.     Penjelasan akibat (eso, resistensi, alergi)
c.     Penjelasan tanda alergi dan pengatasannya
1.      PENGGUNAAN PENICILIN :
·          1 jam sebelum makan / 2 jam sesudah makan.
·          Awasi terjadinya pendarahan karena menggunakan pembentukan platelet.
·          Awasi terjadinya shock anaphilatic, harus selalu tersedia ADRENALIN

2.     PENGGUNAAN KELOMPOK MAKROLIT
·          kaji adanya gangguan hati
·           kalau perlu periksa fungsi hati terutama SGOT dan SGPT

3.     PENGGUNAAN  KELOMPOK MINOGLIKOSIDA
·          Observasi terjadinya ototoksis ( gangguan pendengaran dan keseimbangan )
·           Observasi terjadinya nefrotoksis melalui pemeriksaan LAB : creatinin, BUN, awasi jumlah urine.

4.     PENGGUNAAN SEFALOSPORIN
·          Bersifat iritatif maka hati dalam penggunaan IV harus lambat 30 – 45 menit.
·          Sefalosporin dapat mengacaukan urine reduksi menjadi posistif palsu, sehingga dikira penderita DM.
·          Untuk mencegah suprainfeksi dianjurkan minum yogurt untuk mempersubur pertumbuhan flora usus.

5.     TERTRACYCLINE
·          Selama terapi perlu dipantau fungsi hati dan ginjal melalui pemeriksaan lab
·          Selama terapi hindari pemakaian susu dan antasida
·          Diberikan sesudah makan karena iritasi lambung
·          Menimbulkan sun block foto sensitivitas maka dianjurkan menggunakan krim pelindung wajah
·          Hindari penggunaan pada wanita hamil karena potensial hepotoxis, hambat koagulansia karena mengikat calcium. Dicurigaai teratogenik
·          Pastikan obat tidak kadaluarsa, bebas dari sinar matahari karena kerusakan akan lebih toksik

6. PENGGUNAAN KLORAMPHENICOL
·          Pantau terjadinya suprainfeksi
·          Pantau aktivitas hemopoetik dengan periksa hemoglobin dan leukosit secara periodik 
·          Segera dihentikan bila sudah ada tanda depresi sumsum tulang ( leukosit : 4000/mm3 )
·          Pantau hipersensitivitas berupa : demam, perdarahan dibawah kulit, penglihatan kabur, mual dan diare

PSIKOFARMAKA
       Adalah zat kimia    pasien    Mengoreksi perilaku   pikiran & perasaan (PATOLOGIS)




DOSIS OBAT

SISTEM PENGUKURAN DOSIS, ATURAN :
1.      Mengubah gram menjadi miligram (  mengalikan dengan 1000 atau pindahkan koma desimal tiga angka ke kanan )
2.     Mengubah miligram menjadi gram( membagi dengan 1000 atau pindahkan koma desimal tiga angka ke kiri )
3.     Mengubah miligram menjadi mikrogram ( Mengalikan dengan 1000 atau pindahkan koma desimal tiga angka ke kanan)
4.     Mengubah mikrogram menjadi miligram (  membagi dengan  1000 pindahkan koma desimal tiga angka ke kiri )































HIPERTENSI
ISTILAH
Angina : Nyeri dada


TEKANAN DARAH NORMAL :      
·          Sistolik 120 mmHg
·          Diastolik 80 mmHg

KEADAAN BILA HIPERTENSI :
·          Tekanan darah sistolik    :  180 mmHg  dan
·          Tekanan darah diastolik  :  90 mmHg

TEKANAN DARAH DIASTOLIK
·          Tekanan darah terendah terhadap pembuluh darah arteri sewaktu jantung istirahat diantara dua denyut jantung
TEKANAN DARAH SISTOLIK
·          Tekanan darah tertinggi terhadap dinding arteri sewaktu jantung berkontraksi

PATHOFISIOLOGY HIPERTENSI
Arteriosklerosis       Gangguan struktur anatomi  pada pembuluh darah arteri karena adanya phlage yang menempel   pada  arteri dan makin lama mengakibatkan pembuluh darah semakin menyempit   sehingga sirkulasi darah  tidak lancar, kerja jantung untuk memompa semakin meningkat akibatnya tekanan darah meningkat

KLASIFIKASI HIPERTENSI
Klasifikasi TD
TD sistolik, mm Hg
TD Diastolik, mmg Hg
Normal

< 120

dan   < 80

Prehipertensi

120 – 139      atau

80 - 90

Hipertensi stage 1

140 – 159      atau

90 - 99

Hiperensi stage 2

> 160           atau

> 100





KOMPLIKASI HIPERTENSI
1.      Rusaknya organ   :
a.     Jantung
b.     Mata
c.     Ginjal
d.     Otak dan pembuluh darah

2.     Risiko utama  untuk penyakit :
a.     Serebrovaskuler ;  stroke, iskemia
b.     b. Arteri koroner   : infark miokard, angina
c.     gagal ginjal
d.     dementia 
e.     atrial fibrilasi


  Krisis hipertensi = hipertensi emergensi
·          TD  meningkat ekstrim   > 180/120 mmHg
·          Kerusakan organ target akut dan bersifat progresif segera tekanan darah menurun (menit)

Hipertensi Urgensi :
·          TD  tinggi
·          Tidak disertai kerusakan organ target yang progresif
·          TD  diturunkan ( beberapa jam s/d beberapa hari )

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
  Tujuan terapi /pengobatan hipertensi :
1.      Penurunan mortalitas
2.     Penurunan Morbiditas
3.     Mengurangi risiko

  Target nilai TD yang direkmendasikan
1.      kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
2.     Pasien dengan diabetes  < 130/80 mmHg
3.     Pasien dengan ginjal kronis < 130/80 mmHg





ADA 2 CARA PENATALAKSAAAN HIPERTENSI
1.      Terapi Non farmakologi   ( Non  Obat )
Perubahan  gaya  hidup :
·          Menurunkan  berat badan
·          Pembatasan konsumsi garam dapur
·          Aktifitas fisik : olahraga teratur
·          Kurangi alkohol
·          Berhenti merokok

2.     Terapi farmakologi
a.     Diuretik
·          obat  hipertensi
·          cara kerja : bekerja pada ginjal  untuk mengeluarkan kelebihan  garam dari darah.
1.      meningkatkan aliran urin
2.     keinginan untuk urinasi   
3.     jumlah air dalam tubuh  menurun
4.     membantu  menurunkan TD

b.     b.Angiotensin  Converting Enzym (ACE ) Inhibitor

·          Obat hipertensi
·          Cara kerjanya : mencegah tubuh membuat  hormone angiotensin II    Mengapa dicegah? Karena  hormon angiotensin II menyebabkan pembuluh darah menyempit shg menyebabkan tekanan darah meningkat.

c.     Beta bloker ( penyekat beta ) merupakan obat yang digunakan :
1.      hipertensi
2.     nyeri dada
3.     detak jantung tidak teratur
4.     mencegah serangan jantung sebelumnya
 Cara kerja :
·          Memblok efek adrenalin pada berbagai bagian tubuh
·          Bekerja pada jantung utk meringankan stres shg jtg memerlukan sedikit darah dan oksigen, kerja  jtg     TD
d.     Calcium channel Blocdker = antagonis kalsium
·          Obat  Penurun TD
   Cara kerja :
·          memperlambat pergerakan kalsium ke   dalam sel  jantung dan dinding arteri
·          Shg arteri menjadi rilex  dan  menurunkan       tekanan dan aliran darah ke jantung 

e.     Kalium :
·          suatu elektrolit yg digunakan untuk   membuat energi untuk semua otot, termasuk otot jantung
f.     Penyekat  Reseptor Angiotensin II
a.     Cara kerja
1.      Menghambat angiotension II
2.     Mengurangi berlanjutnya kerusakan organ target jangka panjang pada pasien  hipertensi
b.     Waktu paruh  cukup panjang  : pemberian 1 x/hari
c.     ESO :
·          Infusiensi ginjal
·          Hiperkalemia
·          Hipotensi orthostatik
d.     Kontraindikasi : perempuan hamil   

HIPERTENSI EMERGENSI
  Meningkatkan TD yg dapat mengarah kepada kerusakan organ :
1.      otak
2.     serangan jantung
3.     pendarahan ke  otak
4.     eklampsia
5.     pendarahan arteri

Faktor-faktor  yang mempengaruhi  hipertensi
·          Kurang Olah Raga.
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Paffenbarger tahun 1988 dikutip oleh Darmojo (2001) mengemukakan bahwa di Amerika insiden rate Hipertensi adalah 20 - 40% lebih rendah pada mereka yang melakukan aktivitas olah raga sedikitnya 5 jam per minggu dibandingkan mereka  yang kurang aktif olahraga
·          Stres Psikososial.
Stres bersifat fisik maupun mental yang menyebabkan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari rnengakibatkan
jantung berdenyut lebih kuat dan cepat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah akibat fungsi kelenjar tiroid terganggu dan
produksi adrenalin meningk.at sehingga otak rnernerlukan darah yang lebih banyak (Bodistio, M, 2001).



  Konsumsi Rokok.
Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan juga menyebabkan pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar nikotin, akibatnya viskositas darah meningkat sehingga timbul Hipertensi (Dekker, E, 1996).
·          Konsumsi Garam yang Tinggi.
Menurut Budistio, M (2001) asupan Natrium yang tinggi menyebabkan tubuh meretensi cairan yang dapat meningkatkan volume darah dan juga dapat mengecilkan diameter dalam arteri sehingga jantung harus mampu memompakan darah lebih keras pada ruang yang sempit, akibatnya akan terjadi Hipertensi.
  Kegemukan (Obesitas).
Obesitas adalah meningkatnya massa tubuh karena jaringan lemak yang berlebihan sehingga meningkatkan kebutuhan metabolic dan konsumsi oksigen secara menyeluruh, akibatnya curah jantung bertambah. Menurut Subagio, dkk. (1997) di Semarang mendapatkan bahwa perempuan yang sangat gemuk pada umur 30 tahun mempunyai risiko terkena penyakit Hipertensi 7 kali lebih besar dari perempuan yang langsing pada umur yang sama (Budistio, M, 2001).
  Jenis kelamin   :  wanita > lelaki
  Umur                 : TD meningkat sesuai umur
  Geografis           : Pantai > pegunungan
  Diabetes  Mellitus
  Urban                 : Kota > desa

INDIKASI KHUSUS
1.      Gagal jantung :  akibat dari hipertensi sistolik dan jantung   iskemik
·          Obat pilihan utama    :   ACEI mulai dengan dosis rendah
·          Obat alternatif         :   ARB

2.     Pasca Infark Miokard
Obat :
·          penyekat beta : menurunkan resiko infark miokard berikutnya atau kematian jantung tiba-tiba
·          ACE Inhibitor : memperbaiki fungsi jantung dan menurunkan kejadian kardiovaskular setelah infark miokard

3.     Penyakit jantung Iskemik
·          Kerusakan organ target karena hipertensi
·          Obat :
·           Terapi lini pertama  penyekat beta
·           Terapi alternatif antagonis  kalsium
·          Hindari : terapi dengan CCB dihidropiridin atau dan penyekat beta dengan aktifitas simpatomimetik intrinsik menyebabkan stimulasi jantung

  Penyakit Ginjal Kronis
Obat : Obat lini pertama : ACEI atau ARB
  Penyakit Serebrovaskuler
 Kombinasi ACE Inhibitor dan diuretik thiazide

HIPERTENSI PADA POPULASI KHUSUS
1.      Left Ventricular Hypertrophy
adalah  faktor resiko independen yg meningkatkan  resiko untuk penyakit kardiovaskular selanjutnya
cara Pengurangan  resiko :
·          Pengecekan TD yang agresif
·          Mengurangi berat badan
·          Membatasi garam
·          Terapi farmakologi : semua kelas obat hipertensi kecuali vasodilator langsung mis ; minoxidil dan Hidralazin
    
2.     Penyakit Arteri Perifer
·          Menggunakan semua kelas obat antihipertensi kecuali penyekat beta
·          Aspirin

3.     Hipertensi lansia
·          Sama seperti terapi hipertenssi secara umum
·          Dosis awal lebih  rendah utk hindari simptom
·          Dosis standar dan  beberapa obat diperlukan untuk mencapai target TD

4.     Passien beresiko Hipotensi Orthostatik
Hipotensi ortostatik : berkurangnya TD yang bermakna bila melakukan perubahan posisi
Pasien berisiko Hipotensi Ortostatik :
a.     lansia hipertensi sistolik
b.     Diabetes
c.     Pasien yang menggunakan diuretik, venodilator dan beberapa obat psikotropik
·          TD harus dimonitor pd posisi tegak.
·          Obat dimulai dengan dosis rendah terutama diuretik dan ACE Inhibitor.







Hipertensi Pada kehamilan
·          hipertensi kronis pada perempuan hamil  Obat pilihan utama : METILDOPA
Obat alternatif :
·          penyekat beta
·          Labetalol
·          Klonidin
·          Antagonis kalsium
·          Kontraindikasi : ACEI dan ARB berupa teratogenisitas mayor

PERTIMBANGAN LAIN DALAM PEMBERIAN OBAT HIPERTENSI
1.      Efek yang menguntungkan :
·          Diuretik thiazide berguna untuk memperlambat demineralisasi dan osteoporosis
·          Beta  bloker dapat berguna untuk pengobatan takhiaritmia, migraine, tremor
·          Kalsium antagonis : pengobatan aritmia
·          Alfa blocker : gangguan prostat

2.     Efek yang tidak menguntungkan :
·          Diuretik tipe thiazide : digunakan hati-hati pada pasien pirai atau hiponatremia
·          Hindari penggunaan beta blocker pada pasien asma
·          ACEI dan ARB tidak boleh diberikan pada wanita  rencana hamil dan perempuan hamil
·          ACEI tidak boleh pada pasien riwayat angioedema
·          Anatagonis aldosteron dan diuretik penaham kalium dapat menyebabkan hiperkalemia shg jangan diberikan pada pasien  dengan kalium serum > 5.0 mEq/L  ( tanpa minum obat  apa-apa )
 















Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel dan kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan hati. Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedang insulin eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu produk farmasi

Indikasi terapi dengan insulin :
  • Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
  • Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
  • Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke.
  • DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
  • Ketoasidosis diabetik.
  • Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
  • Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
  • Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
  • Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral.

Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1.   Insulin kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat bertahan samapai 8 jam.

2.   Insulin kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÒ, InsulatardÒ. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.



3.   Insulin kerja panjang
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 – 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard

4.   Insulin infasik (campuran)
Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya: Mixtard 30 / 40
Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali.

Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu :
  • Gula darah < 60 mg % = 0 unit
  • Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit
  • Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
  • Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
  • Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit
  • Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit

Efek metabolik terapi insulin:
  • Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa.
  • Supresi produksi glukosa oleh hati.
  • Stimulasi utilisasi glukosa perifer.
  • Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot.
  • Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal.
  • Mengurangi glucose toxicity.
  • Perbaiki kemampuan sekresi endogen.
  • Mengurangi Glicosilated end product.

Cara pemberian insulin :
Insulin kerja singkat :
·         IV, IM, SC
·         Infus ( AA / Glukosa / elektrolit )
·         Jangan bersama darah ( mengandung enzim merusak insulin )

Insulin kerja menengah / panjang :
·         Jangan IV karena bahaya emboli.

Saat ini juga tersedia insulin campuran (premixed) kerja cepat dan kerja menengah.

Cara penyuntikan insulin :
Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip. Insulin dapat diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja panjang) tetapi juga dapat diberikan kombinasi insulin kerja cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.

Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh pasien yang sama. Harus diperhatikan kesesuaian kosentrasi insulin (U40, U100) dengan semprit yang dipakai. Dianjurkan dipakai konsentrasi yang tetap.

Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen yang kemudian diikuti oleh daerah lengan, paha bagian atas bokong. Bila disuntikan secara intramuskular dalam maka penyerapan akan terjadi lebih cepat dan masa kerja akan lebih singkat. Kegiatan jasmaniyang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat onset kerja dan juga mempersingkat masa kerja.

Indikasi pemberiaan insulin pada pasien DM lanjut usia seperti pada non lanjut usia, uyaitu adanya kegagalan terapi ADO, ketoasidosis, koma hiperosmolar, adanya infeksi ( stress ) dll. Dianjurkan memakai insulin kerja menengah yang dicampur dengan kerja insulin kerja cepat, dapat diberikan satu atau dua kali sehari.

Kesulitan pemberiaan insulin pada pasien lanjut usia ialah karena pasien tidak mau menyuntik sendiri karena persoalnnya pada matanya, tremor, atau keadaan fisik yang terganggu serta adanya demensia. Dalam keadaan seperti ini tentulah sangat diperlukan bantuan dari keluarganya.

Efek samping penggunaan insulin :
  • Hipoglikemia
  • Lipoatrofi
  • Lipohipertrofi
  • Alergi sistemik atau lokal
  • Resistensi insulin
  • Edema insulin
  • Sepsis


Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat terjadi bila terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan jumlah insulin. Pada 25-75% pasien yang diberikan insulin konvensional dapat terjadi Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit tempat suntikan akibat atrofi jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan oleh reaksi imun dan lebih sering terjadi pada wanita muda terutama terjadi di negara yang memakai insulin tidak begitu murni. Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak subkutan di tempat suntikan akibat lipogenik insulin. Lebih banyak ditemukan di negara yang memakai insulin murni. Regresi terjadi bila insulin tidak lagi disuntikkan di tempat tersebut.

Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik terutama pada penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa eritem dan indurasi di tempat suntikan yang terjadi dalam beberpa menit atau jam dan berlagsung.

Selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu sesudah pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal atau infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptiK yang menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan hilang secara spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit, angioudem, gangguan gastrointestinal, gangguan pernapasan dan yang sangat jarang ialah hipotensi dan shock yang diakhiri kematian.

Interaksi
Beberapa hormon melawan efek hipoglikemia insulin misalnya hormon pertumbuhan, kortikosteroid, glukokortikoid, tiroid, estrogen, progestin, dan glukagon. Adrenalin menghambat sekresi insulin dan merangsang glikogenolisis. Peningkatan hormon-hormon ini perlu diperhitungkan dalam pengobatan insulin.

Guanetidin menurunkan gula darah dan dosis insulin perlu disesuaikan bila obat ini ditambahkan / dihilangkan dalam pengobatan. Beberapa antibiotik (misalnya kloramfenikol, tetrasiklin), salisilat dan fenilbutason meningkatkan kadar insulin dalam plasma dan mungkin memperlihatkan efek hipoglikemik.

Hipoglikemia cenderung terjadi pada penderita yang mendapat penghambat adrenoseptor ß, obat ini juga mengaburkan takikardi akibat hipoglikemia. Potensiasi efek hipoglikemik insulin terjadi dengan penghambat MAO, steroid anabolik dan fenfluramin.









Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) merupakan obat penurun kadar glukosa pada darah yang diresepkan oleh dokter khusus bagi diabetesei.

Obat Penurun Glukosa Darah bukanlah hormon insulin yang diberikan secara oral. OHO bekerja melalui beberapa cara untuk menurunkan kadar glukosa darah. Obat-obatan ini dapat membantu penyandang diabetes melitus untuk menggunakan insulinnya sendiri dengan lebih baik dan menurunkan pelepasan glukosa oleh hati. Terdapat beberapa macam OHO untuk mengendalikan glukosa darah penyandang diabetes. Apabila pembaca ingin mengetahui merk jenis OHO yang digunakan silakan melihat tabel 3 di halaman 3.

Penyandang diabetes sebaiknya mengetahui dengan lengkap informasi nebgenai OHO yang diminumnya, mulai dari nama obatnya (nama, denerik, dan merk ), dosis, cara dan waktu meminumnya, cara kerja dan lama kerja OHO tersebut. Selain itu penyandang diabetes juga perlu mengetahui gejala terjadinya kadar glukosa darah rendah (hipoglikemia) dan cara mengatasinya.

Penyandang diabetes perlu untuk memperhatikan beberapa hal dalam kaitannya dengan OHO yang diresepkan oleh dokter:
  • Jangan mengubah dosis ataupun merk obat tanpa izin dokter
  • Mengikuti jadwal pemakaian obat secara tepat tiap hari
  • Jangan menambah obat ekstra bila kadar glukosa darah tinggi
  • OHO tetap diperlukan walaupun kadar glukosa darah sudah normal
  • Dapat terjadi hipoglikemia, penyandang diabetes harus mengetahui cara mengatasinya
  • Bila terjadi hipoglikemia, segera bertindak lalu kemudian hubungi dokter. Orang lanjut usia akan lebih mudah mengalami hipoglikemia, terutama bila mereka tidak akan atau bila fungsi hati dan fungsi  ginjal teganggu, atau memakai obat lalin yang berinteraksi dengan OHO
  • Menyampaikan kepada dokter mengenai obat lain yang diminum selain OHO

Pemilihan OHO
Pemberian OHO atau obat untuk menurunkan glukosa darah (table3) harus dipertimbangkan bila penyandang diabetes tidak dapat mencapai kadar glukosa darah yang normal atau mendekati normal dengan perencanaan makan dan olahraga teratu. Pertanyaannya adalah, obat manakah yang sesuai untuk penyandang diabetes? Dokter akan menjawab, pertanyaan tersebut dengan berbagai pertimbangan, termasuk diantaranya, kadar glukosa darah awal dan kadar glukosa darah yang diinginkan, usia dan berat badan penyandang diabetes, penyakit penyerta, kemungkinan kontradiksi terhadap pengobatan, kemampuan penyandang diabetes untuk merawat dirinya sendiri, tingkat pengetahuan penyandang diabetes akan diabetes, tingkat motivasi penyandang diabetes dan penerima penyandang diabetes akan obat yang bermacam-macam.


Jenis OHO
OHO saat ini terbagi dalam  2 kelompok:
1.      Obat yang memperbaiki kerja insulin
2.     Obat yang meningkatkan produksi insulin.

Obat-obatan seperti metformin, glitazone, dan akarbose-adalah obat-obatan kelompok pertama. Mereka bekerja pada hati, otot dan jaringan lemak, usus. Singkatnya mereka bekerja di tempat dimana terdapat insulin yang mengatur glukosa darah. Sulfonil, Repaglinid, Nateglinid dan insulin yang disuntikkan adalah obat-obatan kelompok kedua. Sulfonil, Repaglinid, Nateglinid meningkatkan penglepasan insulin yang disuntikkan menambah kadar insulin di sirkuliasi darah. Mekanisme kerja dari obat-obat tersebut diatas berbeda, oleh karena itu marilah kita coba bahas satu persatu :

Berdasarkan cara kerja, OHO dibagai menjadi 3 golongan :

A.      Memicu produksi insulin
1.     Sulfonilurea
Obat ini telah digunakan dalam menangani hipoglikemia pada penyandang diabetes melitus tipe 2 selama lebih dari 40 tahun. Mekanisme kerja obat ini cukup rumit. Ia bekerja terutama pada sel beta pankreas untuk meningkatkan produksi insulin sebelum maupun setelah makan. Sel beta pankreas merupakan sel yang memproduksi insulin dalam tubuh.

Sulfonilurea sering digunakan pada penyandang diabetes yang tidak gemuk di mana kerusakan utama diduga adalah terganggunya produksi insulin. Penyandang yang tepat untuk diberikan obat ini adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 yang mengalami kekurangan insulin tapi masih memiliki sel beta yang dapat berfungsi dengan baik. Penyandang yang biasanya menunjukkan respon yang baik dengan obat golongan sulfoniurea adalah usia saat diketahui menyandang diabetes melitus lebih dari 30 tahun,  menyandang diabetes diabetes melitus lebih dari 5 tahun, berat badan normal atau gemuk, gagal dengan pengobatan melalui pengaturan gaya hidup, perubahan pengobatan dengan insulin dengan dosis yang relatif kecil.

2.     Golongan Glinid
Meglitinide merupakan bagaian dari kelompok yan gmeningkatkan produksi insulin (selain sulfonilurea). Maka dari itu ia membutuhkan sel beta yang masih berfungsi baik. Repaglinid dan Nateglinid termasuk dalam kelompok  ini,  mempunyai efek kerja cepat, lama kerja sebentar, dan digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah setelah makan. Repaglinid diserap secara cepat segera setelah dimakan, mencapai kadar puncak di dalam darah dalam 1 jam. 



B.     Meningkatkan kerja insulin (sensitivitas terhadap insulin)
1.     Biguanid
Metformin adalah satu-satunya biguanid yang tersedia saat ini. Metformin berguna untuk penyandang diabetes gemuk yang mengalami penurunan kerja insulin. Alasan penggunaan metformin pada penyandang diabetes gemuk adalah karena obat ini menurunkan nafsu makan dan menyebabkan penurunan berat badan.

Sebanyak 25% dari penyandang diabetes yang diberikan metformin dapt mengalami efek samping pada saluran pencernaan, yaitu rasa tak nyaman di perut, diare dan rasa seperti logam di lidah. Pemberian obat ini bersama makanan dan dimulai dengan dosis terkecil dan meningkatkannya secar perlahan dapat meminimalkan kemungkinan timbulnya efek samping. Obat ini tidak seharusnya diberikan pada penyandang dengan gagal ginjal, hati, jantung dan pernafasan.
Metformin dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi. Obat-obatan oral mungkin gagal untuk mengontrol gula darah setelah beberapa saat sebelumnya berhasil (kegagagalan sekunder)  akibat kurangnya kepatuhan penyandang atau fungsi sel beta yang memburuk dan / atau terjadinya gangguan kerja insulin (resistansi insulin). Pada kasus-kasus ini, terapi kombinasi metformin dengan sulfonilurea atau penambahan penghamba-glucosidase biasanya dapat dicoba. Kebanyakan penyandang pada akhirnya membutuhkan insulin.

2.    Tiazolidinedion
Saat ini terdapat 2 tiazolinedion di Indonesia yaiturosiglitazon dan pioglitazon. Obat golongan ini memperbaiki kadar glukosa darah dan menurunkan hiperinsulinaemia (tingginya kadar insulin)  dengan meningkatkan kerja insulin (menurunkan resistensi insulin) pada  penyandang diabetes melitus tipe 2. Obat golongan ini juga menurunkan  kadar trigliserida da asam lemak bebas.

Rosiglitazone (Avandia)
Dapat pula digunakan kombinasi dengan metformin pada penyandang yang gagal mencapai target kontrol glukosa darah dengan pengaturan makan dan olahraga. Pioglitazone (Actos), juga diberikan untuk meningkatkan kerja (sensitivitas) insulin.

Efek samping dari obat golongan ini dapt berupa bengkak di daerah perifer (misalnya kaki), yang disebabkan oleh peningkatkan volume cairan dalam tubuh. Oleh karena itu maka obat goolongan ini tidak boleh diberikan pada penyandang dengan gagal jantung berat. Selain itu, pada penggunaan obat in ipemeriksaan fungsi hati secara berkala harus dilakukan.





C.     Penghambat enzim alfa glukosidase
Penghambat kerja enzim alfa-glukosidase seperti akarbose, menghambat penyerepan karbohidrat dengan menghambat enzim disakarida di usus (enzim ini bertanggung jawab dalam pencernaan karbohidrat). Obat ini terutama menurunkan kadar glukosa darah setelah makan. Efek sampingnya yaitu kembung, buang angin dan diare. Supaya lebih efektif obat ini harus dikonsumsi bersama dengan makanan.

Obat ini sangat efektif sebagai obat tunggal pada penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan kadar glukosa darah puasanya kurang dari 200 mg/dL (11.1 mmol/l) dan kadar glukosa darah setelah makin tinggi. Obat ini tidak mengakibatkan hipoglikemia, dan boleh diberikan baik pada penyandang diabetes gemuk maupun tidak, serta dapat diberikan bersama dengan sulfonilurea, metformin atau insulin.

 DOSIS PEMBERIAN OHO
Setelah obat tertentu dipilih untuk penyandang diabetes, biasanya pemberian obat dimulai dari dosis terendah. Dosis kemudian dinaikkan secara bertahap setiap 1-2 minggu, hingga mencapai kadar glukosa darah yang memuaskan atau dosis hampir maksimal. Jika dosis hampir maksimal namun tidak menghasilkan kontrol kadar glukosa darah yang memadai, maka dipertimbangkan untuk diberikan obat kombinasi atau insulin. Tidak ada keuntungan menggunakan dua OHO dari golongan yang sama secara bersamaan

PROSES KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
-       Lihat adanya tanda & gejala Hipoglikemik (pusing, lemas)
-       Pengecekan di lab
-       Pantau BB scra priodik
-       Pantau glukosa darah/urin

2.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
·          Kurangnya pengetahuan b/d program pengobatan maka dilakukan penyuluhan pd pasien dan keluarganya
·          Ketidak patuhan b/d program pengobatan maka dilakukan penyuluhan pd pasien dan keluarganya
·          Penyuluhan pada pasien.
-       Intruksikan mengenai tekhnik pemakaian yg benar
-       Jelaskan pada pasien bahwa obanya ini hnya mengendalikan hipoglikemik ttp tdk menyembuhkan diabetes
-       Tekankan pentingnya kepatuhan terhadap diet diabetes dan sistem penganti makanan
-       Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan alkohol/obat lain bersama obat insulin



3.     EVALUASI
·          Hipoglikemik atau hiperglikemik
·          Efektivitas terapi ditunjukan dg terkendalinya kadar glukosa darah tanpa trjdinya hipoglikemik/hiperglikeik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar